Saturday, 02-11-2024 / 
Kontak (+62813) 9333 5004

Berita

Wamenag Minta UIN Jakarta Perbanyak Kajian Pemikiran Tokoh Islam Washatiyah

Jakarta (Kemenag) --- Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid meminta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperbanyak diseminasi atau pun kajian yang membahas pemikiran tokoh-tokoh islam wasathiyah. Apalagi menurutnya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikenal sebagai “Kampus Pembaharuan Pemikiran Islam”.

Hal ini disampaikan Wamenag saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Nasional berjudul "Kontribusi Pendidikan Tinggi Islam dalam Merajut Kebhinekaan: Refleksi 75 Tahun Kemerdekaan RI". Dalam webinar yang merupakan rangkaian Milad UIN Jakarta ke-63 ini, Wamenag menyebutkan sejumlah tokoh UIN Jakarta yang banyak berkontribusi dalam perkembangan pemikiran Islam Wasathiyah di Indonesia.

Sebut saja di antaranya, Prof. Harun Nasution, Prof. Nurcholish Madjid (Cak Nur), Prof. Quraish Shihab, Prof. Azyumardi Azra, dan sebagainya. "Semangat para tokoh tersebut penting untuk terus diwariskan," ujar Wamenag yang didampingi Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Selasa (18/08). 

"Para tokoh-tokoh UIN Jakarta ini memperlakukan khazanah Islam sebagai “tradisi yang hidup” (living tradition), yang dikembangkan secara kritis, ilmiah dan kontekstual," imbuh Wamenag. 

Mereka, lanjut Wamenag, menjadi ikon bagi terjadinya perjumpaan karakter dan budaya secara utuh, hasil dari dialektika nilai-nilai keilmuan yang positifistik dan nilai-nilai keislaman yang memiliki aspek aksiologis. "Dan legacy mereka sangat penting untuk terus dikaji, didesiminasi di ruang-ruang publik agar dunia turut menerima manfaatnya," tutur Wamenag. 

Dalam paparannya, Zainut menyampaikan kekhasan tokoh-tokoh UIN tersebut. "Sejauh pengamatan saya, adalah komitmennya pada nilai-nilai Islam yang moderat, wasathiyah, yang berlandaskan pada keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan keindonesiaan," terang Zainut. 

Komitmen pada nilai-nilai itu, menurutnya telah memberikan kontribusi besar dalam upaya bersama merawat dan merajut kebhinekaan Indonesia. Apalagi, Zainut menyampaikan, tokoh-tokoh tersebut juga memiliki latar belakang kaum santri yanh berakar kuat pada tradisi pesantren dan menguasai khazanah keilmuan Islam klasik yang sangat kaya dan memukau. 

"Penguatan nilai-nilai ini bahkan menjadi semakin relevan di tengah merebaknya tren fanatisme, radikalisme dan intoleransi di tengah masyarakat, baik di dunia nyata maupun di dunia maya," ujarnya. 

Zainut Tauhid menambahkan, institusi pendidikan tinggi Islam konvensional mesti menjawab tantangan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Misalnya, saat ini menjamur lembaga pendidikan tinggi maupun lembaga pendidikan Islam yang menerapkan pembelajaran secara daring (online). Kemenag, menurut Zainut, juga akan terus memperhatikan dan mendukung upaya UIN Syahida Jakarta agar dapat segera mencapai Universitas generasi ketiga. 

Artinya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus dapat menjadi universitas yang bertujuan mengembangkan pendidikan dan riset, serta tahu bagaimana memanfaatkan ilmu pengetahuan melalui knowledge management berperan menciptakan nilai, tenaga ahli profesional atau ilmuwan sekaligus wirausahawan. "UIN Syarif Hidayatullah juga harus sigap merespon persaingan pasar internasional, serta memiliki kemandirian dan jati diri sebagai pengawal kebhinekaan dan keberagaman dalam bingkai NKRI," lanjut Zainut. 

Dalam kesempatan tersebut, Wamenag juga mengapresiasi peringatan Milad UIN Jakarta ke-63 kali ini diisi dengan kegiatan santunan, dan launching buku “Esai-esai Moderasi Beragama Mahasiswa UIN Jakarta” dan buku "Antologi Puisi Cinta untuk UIN Jakarta”. "Semoga kegiatan tersebut maslahat, dan dua buku tersebut turut menjadi lentera penerang bagi moderasi beragama, kebhinekaan dan kebangsaan di Indonesia," tutup Wamenag.